Sunday, June 3, 2018

PAMERAN JAM dan ARLOJI 2018

Pada tanggal 12-13 Mei kemarin, komunitas Horologi khususnya komunitas jam di Yogyakarta ARJO mencatat sebuah sejarah dengan mengadakan sebuah acara besar berskala Nasional pertama kali. Acara itu diberi nama ARLOJI KASEPUHAN: PAMERAN JAM dan ARLOJI 2018. Sebelumnya sudah ada beberapa acara gathering horologi yang sifatnya masih per komunitas saja, seperti: Seiko Diver Indonesia, Kronometrofilia, G-Shock warrior dll. Pada acara PAMERAN JAM dan ARLOJI ini banyak komunitas horologi yang berkumpul dan merasakan keriaan bersama selama 2 hari DI Yogya.

Acara berlangsung di Jogja City Mall (JCM) dengan mengambil tempat separuh atrium utama di lantai dasar. Acara kali ini dihadiri oleh 30 penggemar dan pedagang jam antik dari Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi dan Kalimantan. Acara selama 2 hari tersebut fokusnya adalah pameran dan jual-beli jam tangan antik dan aksesoris terkait jam tangan. Juga diadakan lelang sebanyak 3 sesi yang melelang 12 buah jam antik.

Kata sambutan dari Arif Yulianto yang didapuk sebagai Penangung jawab acara Pemaran
Pameran dibuka dengan mendengar sambutan dari Penanggung jawab acara yaitu Arif Yulianto, ketua umum Sdr Irwan dan terakhir kata sambutan dari Dewan Kehormatan KGPH Hadiwinoto dilanjutkan dengan pemukulan Gong tanda dimulainya acara pameran. Pada kesempatan tersebut Gusti Hadi juga berkenan untuk melihat ke beberapa stand yang ada di pameran dan berbincang hangat mengenai koleksi yang dipajang dan dijual dan juga berkunjung ke booth Bank BRI sebagai sponsor utama dalam acara tersebut.

Saudara Irwan sebagai Ketua Umum kegiatan Pameran.
Pemukulan Gong oleh KGPH Hadiwinoto selaku Dewan Penasehat dari Komunitas Arloji Jogja (ARJO)
 Pada foto dibawah, Gusti Hadi berkunjung ke salah satu booth peserta pameran yang datang dari Medan, yaitu Bpk Apak, yang membawa banyak sekali jam antik dari periode tahun 60-70an.


Gusti hadi berkunjung ke booth Sponsor utama acara yaitu Bank BRI
Baru di even inilah saya baru bisa bertemu secara fisik teman-teman yang selama ini hanya saya kenal namanya di FB atau WA group, terutama yang berasal dari luar kota. Mayoritas dari teman-teman ini juga memiliki blog atau website yang menjual jam antik. Disini juga saya lihat banyak koleksi jam yang belum pernah saya lihat secara langsung dan coba di tangan. Ada ratusan jam antik yang dibawa, dipajang dan dijual dalam acara ini. Ada beberapa booth yang memang tidak menjual koleksi jam mereka dan hanya dipajang untuk dilihat dan dinikmati oleh penggemar jam lainnya.




Dari ki-ka: Dody Bali, Arif Yulianto, Yoga dan William Bali.
Sebagai salah satu panitia, saya sendiri sampai tidak sempat utuk melakukan foto-foto dari banyak item jam yang saya suka. Foto-foto dalam posting ini merupakan hasil jepretan rekan Ian dan William. Dari sekian banyak jam menarik yang ditampilkan selama pameran, saya hanya bisa mendapatkan beberapa gambarnya. Salah satu hal yang menyenangkan untuk dilihat adalah sebuah Omega Constellation black dial yang lengkap dengan box paper. Omega connie dial hitam sudah sudah dapat dan ini lengkap dengan box dan papernya! Omega ini merupakan salah satu koleksi Omega kesayangan rekan saya Wisnu dari Bekasi.


 2 buah jam berikut  merupakan salah stau jam vintage yang dibiarkan apa adanya, terutama yang Omega Sub Second sebelah kiri. Proses perubahan pada dial yag belum merata malah membuat jam itu unik dan satu-satunya yang memiliki corak khas seperti itu. Sebelah kanan adalah IWC automatic yang kemungkinan produksi akhir tahun 60-an sampai awal 70-an.


Kalau bicara jam antik, nama besar OMEGA selalu masuk dalam pusaran pembicaraan. Kali ini saya melihat 2 jenis Speedmaster yang mulai sulit untuk didapatkan dalam kondisi sebagus 2 jam dibawah. Kiri adalah Speedmaster 125 yang di klaim hanya diproduksi sebanyak 2000 buah saja. Desainnya massive dan kokoh. Sebelah kanan adalah salah satu icon dan the legend dari OMEGA, speedmaster moonwatch 861.


 Dalam pameran ini kita akan melihat banyak model jam antik yang unik dan juga kolektibel. Beberapa teman sengaja mendatangkan jam-jam tersebut dari luar Indonesia karena untuk mendapatkan model itu di sini sudah pasti sangat sulit dan mungkin saja tidak ditemukan. Dan biasanya kondisi jam dari luar, misalkan Jepang, kondisinya masih lebih bagus dan bersih daripada bila kita dapatkan di Indonesia. Mungkin ini disebabkan oleh perbadaan iklim juga. Indonesia memiliki kelembaban yang tinggi sehingga bisa mengganggu kondisi dial.


Sala satu booth milik Vinson Jakarta fokus pada jam-jam Jepang yang kualitas dan kondisinya masih bagus dan bersih. Yang ditunjukkan difoto bawah adalah sebuah King Seiko Gold capped yang cantik dan bersih.


Foto di bawah merupakan beberapa contoh seiko vintage high-end dari King Seiko dan Grand Seiko yang dibawa selama pameran.

  

Saat pameran kali ini, saya lihat ada beberapa booth yang memajang banyak SEIKO vintage. Paling banyak adalah dari seri diver dan sport chronograph. SEIKO diver vintage sempat sangat populer dan membuat harga melambung tinggi. namun kemudian mulai banyak jam sejenis yang menggunakan parts aftermarket dan ini mempengaruhi value dari SEIKO diver vintage yang masih original. Jenis SEIKO diver yang banyak dipajang adalah dari seri 6309 dan 6105.


 Indonesia kini mulai dikenal di dunia horologi International berkat seseorang yang mendedikasikan hidup dan memiliki passion dalam membuat casing jam tangan terutama seri Diver, yaitu Kang Ridwan dari Bandung (tengah berkaos merah). Kang Ridwan sudah saya kenal sejak lama saat kami membangun komunitas jam pertama di Indonesia: KRONOMETROFILIA. Banyak sudah hasil kreasinya dibeli oleh penggemar jam diluar Indonesia dan karyanya termasuk yang dikagumi dan disukai karena unik dan rapih dalam pengerjaannya. Kang Ridwan membawa beberapa contoh hasil kreasinya beserta alat pembuat casing yang biasa dia gunakan ketika berkreasi. Juga ditunjukkan video bagaimana proses mulai dari awal bahan mentah hingga menjadi siap jual.


 Berikut adalah contoh casing SEIKO diver yang dibuat dengan material Titanium grade 5. Warnanya yang abu-abu doff terlihat sangat menarik.


Casing berikutnya dibuat dari bronze yang mengambil desain dari SEIKo diver Turtle.


Salah satu spot yang saya sukai adalah kumplan jam-jam art deco yang diproduksi pada tahun 1920-1940an. Bentuknya unik dan dimensinya kecil-kecil. Beberapa masih dibuat dengan material enamel untuk dialnya dan hand painted untuk indexnya. Semua jam tersebut masih berjalan dengan baik.


Salah satu booth yang fokus memajang jam-jam koleksi adalah milik Bapak Joko Juwono. Koleksi yang dibawa lebih dari 100 buah dan semuanya dalam kondisi terawat sangat baik. Beberapa koleksinya termasuk dalam highly collectile item dan valuenya naik dengan sangat cepat.


 Salah satunya yang sempat saya pinjam adalah sebuah HEUER Autavia yang menggunakan mesin Valjoux 72 yang legendaris. Model ini value mingkat tajam setelah Tag Heuer berencana untuk membuat re-editionnya.


 OMEGA dibawah adalah salah satu dari sekian banyak jam unik yang saya sukai, sebuah OMEGA Driver yang diproduksi pada tahun 30-an. Bentuknya unik. Pertama, dialnya diputar 90 derajat sehingga posisi jam 12 ada di posisi jam 3 yang sejajar dengan posisi crown. Kedua, casingnya dari perak dan diukir sesuai pola desain yang populer pada saat itu. Ketiga, dialnya masih terbuat dari enamel dan dalam kondisi yang masih relatif utuh. Jam ini digunakan oleh para pengemudi mobil ada tahun itu, dan menggunakan jam ini dengan benar adalah dengan meletakkannya di pergelangan tangan sebelah dalam.


 Jaeger Le Coultre adalah salah satu merk favorit saya, dan kali ini saya melihat 2 buah Le Coultre yang masih sangat bagus kondisinya. Yang kiri merupakan Le Coultre memovox alarm dan kanan adalah LeCoultre solid gold. Brand Le Coultre memang tidak setinggi Jaeger LeCoultre, namun desain dan moevemntnya banyak kemiripan karena memag berada dalam satu naungan merk yang sama yaitu JLC.


 Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pada saat pameran juga diadakan lelang. ada beberapa buah jam yang berhasil terjual jauh melebihi target harga reserved yang ditentukan oleh pelelang, yaitu sebuah Rolex 6694 gilt dial, Omega chronostop, Seiko dan Tudor. Lelang ini berhasil menarik perhatian karena dilakukan secara terbuka dan bisa diikuti oleh siapapun yang berada di dalam mall tersebut.


Dari pantauan saya selama pameran, ternyata banyak juga pangunjung pameran yang datang dari luar kota dan sengaja ke Yogya untuk melihat dan membeli jam di acara ini. Para pedagang jam asing dari luar Indonesia juga saya lihat setiap hari berada di pameran, seperti pedagang dari Pakistan, India, Filipina, Vietnam dan Thailand. Animo pengunjung cukup tinggi , dilihat dari sering padatnya pengunjung dan terutama sekali dari transaksi yang terjadi selama pameran. Untuk transaksi di booth, pembeli dipermudah dengan adanya edc bank BRI dan ATM mobile yang selalu stand by di lokasi mall.


 Saat pameran, panitia mengumpulkan rekan-rekan penyewa booth untuk mendapatkan feedback terkait penyelenggaraan. Semua mengatakan puas dengan cara tersebut dan secara bisnis juga sangat baik hasilnya. Mereka mengharapkan acara ini menjadi sebuah acara rutin tahunan dan dilakukan di Yogya. Karena secara geografis lokasi Yogya seperti di pertangahan diantara pulau-pulau dan kota di Jawa. Dan, bila event ini akan diakukan lagi tahun depan diharapkan jumlah booth yang ada ditambah dan harinya menjadi lebih lama, yaitu 3 hari. Feedback yang positif ini membuat panitia menjadi bersemangat untuk membuat acara serupa dengan lebih baik dan lebih besar di tahun depan.

See you guys next year!