Sunday, August 30, 2009

PANERAI Luminor PAM 112 Manual 44mm

Merek Panerai sering disebut sebagai salah satu contoh hebatnya sebuah branding produk hingga bisa mendapatkan posisi terhormat di dunia horology. Merek ini pertama kali diperkenalkan (tepatnya ditenarkan) oleh Slivester Stalone yang menggunakan jam ini di film Daylight. Sly saat berjalan-jalan di Italy menjumpai sebuah toko jam yang tidak begitu besar yang menampilkan produk dengan desain yang sangat maskulin sehingga dia tertarik untuk membeli beberapa buah dan dibagikan ke rekan-rekannya. Sejak film itulah akhirnya merek ini meroket dan begitu banyak dicari oleh Paneristi (penggila Panerai).

Tidak terkecuali dengan saya! saya sudah jatuh cinta dengan desainnya yang sederhana namun kuat ini sejak hampir setahun lalu. Saat itu saya melihat merek ini sebagai salah satu 'my dream watch' yang harus saya miliki suatu waktu. Dan ternyata penantian saya terwujud lebih cepat dari perkiraan saya! Saya memilih tipe ini sebagai pilihan awal saya karena PAM 112 adalah entry level dari Panerai. Tipe ini masuk dalam Historic lineup Panerai karena desainnya memang sama dengan desain Luminor pada saat pertama kali dibuat pada akhir tahun 1930-an.
Jam ini saya dapatkan masih dengan kelengkapan standard-nya seperti box, obeng pembuka strap, rubber strap cadangan dan surat sertifikat. Tali kulit yang melekat pada jam adalah terbuat dari kulit warna hitam. PAM 112 ini merupakan seri F yang diproduksi tahun 2003 sebanyak 1700 buah. Salah satu keunikan Panny (demikian Panerai sering disebut) adalah produksinya yang selalu dibatasi setiap tahun, namun bukan berarti bahwa jam ini limited edition. Seri PAM 112 masih terus diproduksi sampai tahun 2008 dengan jumlah item 2000 buah saja. Mungkin strategi inilah yang membuat Panerai dilihat begitu eksklusif. Seri yang berbarengan dengan tipe ini adalah PAM 111 yang memiliki perbedaan pada penambahan jarum detik di posisi angka 9. Semula saya pikir lebih baik tipe PAM 111 karena memang lebih seperti 'jam bener' karena ada jarum detiknya. Namun saya lihat PAM 112 ini ternyata dibuat jauh lebih sedikit dari saudaranya itu. Sebagai perbandingan, pada awal produksi tahun 2002 PAM 111 dibuat sebanyak 3500 bh sedangkan PAM 112 hanya dibuat sebanyak 1200 bh. Tahun 2003, PAM 111 dibuat 4000bh, PAM 112 hanya sebanyak 1700 dan begitu seterusnya jumlah PAM 112 selalu lebih sedikit jumlah produksinya.

 
Salah satu hal yang selalu dilakukan oleh para Paneristi adalah memiliki beberapa alternatif leather strap pengganti. Mereka sering bereksperimen dengan mengganti tali kulit dalam berbagai warna dan finishing. Saat kali pertama, saya langsung mengganti tali kulit original dengan tali generik ukuran 24mm berwarna coklat dan memang aura yang dimunculkan jam ini berbeda sekali dan frankly speaking, saya lebih suka penampilan barunya. Kegemaran ini memunculkan bisnis baru yang kini semakin banyak yaitu pembuatan custom strap untuk panny. Salah satu pembuat strap dengan desain dan kualitas baik ada di Indonesia yaitu Pak Peter yang mengerjakan semua strap by hand dan dilakukan oleh beliau sendiri.
 
 
Tidak seperti desain dial panny yang baru, desain dial PAM 112 ini menggunakan teknik painted dial dan sejak tahun 2005 Panerai banyak mengadopsi desain dial Sandwich dial, dimana dial terdiri dari 2 lapisan. Perubahan lain adalah tulisan dibawah angka 6 masih menggunakan tulisan 'L SWISS L' yang kemudian pada desain berikutnya berubah menjadi 'L SWISS MADE L'. Casing berdiameter 44mm namun terasa nyaman saat dipakai mungkin hal ini disebabkan karena proporsi antara lebar jam (casing) dan tinggi jam pas sehingga jam tidak bergeser-geser di pergelangan.

 
Movement yang digunakan berbasis ETA Cal.6497 manual wind 17 jewels dan memiliki 21,600 bph. Panerai menyebut movement ini dengan Cal.OP X. Desain caseback dibuat transparan dan terlihat movement yang di dekor dengan tulisan PANERAI. Uniknya tulisan PANERAI pada movement itu tidak ada yang komplit, misal hanya PANE, NERAI dll. Konon hal ini disengaja sebagai salah satu cara untuk menghindari pemalsuan, namun saya rasa sih pola ini masih bisa ditiru oleh para pemalsu jam. Panerai memutuskan untuk mengganti pola dekorasi movement seperti ini mulai tahun 2005, dan menggantinya dengan pola Cotes de Geneve sampai sekarang.

 
Sudah beberapa hari ini jam inilah yang seringkali saya pakai karena memang bagus sekali kalau dipakai. Seorang rekan yang juga penggemar jam mengatakan jam ini memang keliatan bagus kalo dipakai (apa mungkin tangan saya yang fotogenic ya???).



Saturday, August 29, 2009

Komparasi Omega Flightmaster Cal.911 dan Seamaster Chronograph Cal.1040

 
Salah satu alasan kenapa saya melakukan komparasi kedua jenis Omega ini adalah, karena keduanya masuk dalam product Pilot lines vintage dan keduanya merupakan collectible item untuk Omega sport vintage. Khusus untuk Omega seamaster chronograph, tipe ini menggunakan casing yang sama dengan seri Speedmaster Mark III yang dibuat lebih banyak dari seri Seamaster dengan casing sama.

DESAIN DIAL

Kedua Omega memiliki desain dial yang unik. Omega FM memiliki desain dial 2 lapis dimana lapis pertama berupa inner bezel yang dapat berputar dengan menggunakan crown yang berada disisi kiri casing. Yang menarik dari dial FM ini adalah minute track yang dibuat lebar dengan warna putih dan pola minute index yang dibagi menjadi minute index yang lebih kecil dan berselang seling atas-bawah sehingga terlihat seperti pola geometris pada lomba Formula 1. Warna dial utama FM adalah coklat tua (mulai terlihat agak memudar karena proses oksidasi) yang dikombinasikan dengan warna sub register chronograph berwarna matte black sehingga pembacaan sub register menjadi lebih jelas karena perbedaan warna yang kontras. Indeks menit utama FM dilapisi oleh Tritium karena itu pada posisi angka 6 terdapat tulisan T SWISS MADE T. Perbedaan warna jarum jam-menit, jarum chronograph dan jarum GMT dibuat untuk memudahkan pembacaan.

Seamaster chrono memiliki warna dial yang menarik (biru tua) dan sering disebut sebagai Deep Blue. Konstruksi dial juga 2 lapis dimana lapis pertama merupakan penunjuk Tachymeter yang berwarna biru kehitaman. Desain dial dibuat asimetri dengan peletakan 2 fungsi sub register di kiri dan sebuah sub register lagi di bawah. 2 sub register di kiri dibuat bertumpuk yang ditunjukkan oleh jarum (untuk penunjuk detik) dan disc (lempengan) dengan gambar segitiga kecil berwarna biru untuk penunjuk am-pm. Pengukur menit menggunakan jarum besar berwarna orange denga ujung jarum berbentuk pesawat terbang yang menumpuk dengan jarum detik besar yang sewarna (pada gambar diatas terlihat seperti hanya ada 1 jarum orange).

CASING

Kedua jam ini menggunakan desain casing yang mirip yang disebut sebagai VOLCANO CASE, karena bentuknya yang mirip gunung berapi. Kalau saya menyebutnya sebagai casing TUMPENG TERPANCUNG. Konon casing jenis ini sulit sekali dibuat karena membutuhkan waktu yang lebih lama dan rumit daripada membentuk casing konvensional. Karena itu dalam sebuah forum Omega ada yang mengatakan bahwa tipe casing ini sulit untuk dipalsukan. Casing pada Seamaster chrono terlihat lebih tinggi beberapa mm. Dengan tinggi casing 17mm membuat jam ini terlihat sangat unik. Desain casing yang sama juga dibuat oleh seiko dalam produk chronograph automatic mereka seperti Helmet dan Tokei Zara.

Omega FM memang lebih rendah tapi penampangnya lebih panjang dan lebar.
Gambar dibawah menunjukkan perbedaan itu.

 
CASE BACK

Menurut saya, case back kedua jam ini tidak dibuat secara meyakinkan seperti omega seri dress watch dari tahun-tahun sebelumnya, dimana logo seamonster dan tulisan yang menyertainya dibuat sangat tegas dan kualitas engraving yang baik. Kedua jam ini seperti dibuat seadanya dengan engraving yang tipis dan sederhana. Karena itu tidak heran kalau banyak jam tipe seperti ini logo dan tulisan di case back sudah banyak yang hampir hilang karena tergerus selama pemakaian.

Case back FM hanya terdapat gambar pesawat dan tulisan FLIGHTMASTER sedangkan pada Seamaster hanya ada logo Seamonster dan tulisan SEAMASTER. dan logo Omega.

Omega FM menggunakan movement Cal.911 yang merupakan pengembangan dari Cal.861 milik speedy professional yang sudah menjadi klasik dan dikenal handal. Penambahan fungsinya adalah penunjuk GMT yang bisa diubah secara terpisah. Seamaster Chrono menggunakan movement Cal.1040 yang merupakan movement legenda juga dari Omega. Kedua jam ini menggunakan jenis rantai yang sama karena lebar lugs kedua jam ini sama yaitu 22mm. Termasuk cukup sulit juga untuk mendapatkan rantai Omega dengan lebar lugs 22mm karena tidak banyak jenis Omega sport yang menggunakan rantai selebar ini.

Secara fisik, keduanya tetap sama-sama eye catching karena dari desain dial dan casing. Bagi sebagian orang Omega FM tidak nyaman dikenakan karena posturnya yang lebar dan bobotnya berat. Sedangkan untuk saya pribadi, saya malah lebih merasa tidak nyaman bila memakai seamaster chrono karena desain casing yang tebalnya 17mm dengan ujung mengecil membuat jam seperti tdak stabil saat dikenakan. Apalagi saat mengenakan kemeja lengan panjang, jam ini akan selalu nongol di ujung lengan.

Friday, August 21, 2009

OMEGA Flightmaster Manual Wind Cal.911

Omega Flightmaster (FM) sejatinya dibuat untuk para penerbang karena itu dinamakan Flight master. Namun pada banyak bukti sejarah berupa foto, ternyata jam ini juga banyak digunakan oleh para profesional lain. Gambar diatas adalah Alexei Leonov, salah seorang kosmonot Rusia, terlihat mengenakan Omega Flightmaster (FM) selama training sebagai salah satu awak dalam program kerjasama Amerika dan Rusia ASTP (Apollo-Soyuz Test Project). Belum bisa dipastikan apakah Omega FM tersebut juga dikenakan saat berada di ruang angkasa karena saat foto lain diambil dalam kabin pesawat, dia terlihat mengenakan Omega speedy pro sebagai jam resmi NASA.

Omega FM diyakini sebagai salah satu jenis Omega yang tinggi nilai kolektibilitasnya, bersama dengan Omega Speedy Pro Pre Moon dan Seamaster diver 300m vintage. Karena itu nilai jualnyapun selalu tinggi. Omega ini merupakan salah satu varian dari seri Speedmaster yang termasuk dalam tipe Pilot yang dibuat mulai tahun 1969 sampai awal tahun 70-an. Tipe ini adalah varian terakhir yang dibuat oleh Omega yang mendesain jam mekanikal khusus untuk pilot.
Omega FM mengeluarkan 2 versi dengan penggunaan 2 kaliber movement yang berbeda. Generasi pertama menggunakan penunjuk am pm pada sub register. Omega FM yang saya miliki sering disebut sebagai generasi kedua dengan nomor ref. 145.036

Movement dari FM ini sama dengan seri speedmaster pro Cal.861. Perbedaan hanya pada penambahan fungsi GMT yang ditunjukkan dengan jarum berwarna biru. Jarum GMT ini dapat digerakkan secara independen dengan menggunakan crown yang terletak di posisi angka 10. Pada bagian dalam terdapat inner bezel yang menunjukkan pemaigian waktu dalam satuan 60 menit yang dapat berputar. Untuk menggerakkan inner bezel menggunakan crown yang terdapat di posisi angka 8.30.
Omega membuat perbedaan warna pada crown untuk menunjukkan fungsi sekaligus memudahkan bagi para pemakai untuk mengetahui fungsinya. Crwon untuk pemutar jarum GMT diwarnai sesuai dengan warna jarum GMT yaitu biru, sedangkan warna untuk pemutar inner bezel berwarna hitam, sesuai dengan warna inner bezel. Sedangkan untuk kenop chronograph dibuat 2 warna yaitu kuning dan orange. Jarang sekali omega FM yang masih utuh semua warna yang terdapat ada crown dan kenop. Biasanya sudah hilang karena faktor usia atau diganti dengan kenop atau crown tipe baru.



Casing FM ini dibuat seperti model kerucut terpotong atau seperti bentuk gunung terpotong dan bentuk ini biasanya disebut sebagai 'volcano case'. Caseback terdapat grafir bentuk pesawat terbang. Rantai yang dipakai memiliki lebar lugs 22mm dan tidak banyak jenis Omega yang menggunakan rantai dengan lebar lugs seperti ini. Dalam beberapa brosur Omega lama tidak semua FM menggunakan rantai, juga terdapat Omega FM yang menggunakan tali kulit.

Bagi saya sendiri jam ini merupakan salah satu 'jam impian' kaena selama ini saya hanya bisa melihat melalui gambar di internet. Salah satu hal yang saya sukai dari FM ini adalah kondisi dialnya yang masih tuh dan mulus. Dial bagian tengah berwarna abu-abu tua cenderung ke arah coklat. Jarum warna orange sudah mulai sedikit pupus dan berubah warna kearah kekuningan. Diameter jam ini cukup besar yaitu 42,6mm tanpa crown dan tinggi sekitar 52,25mm. Tebal jam 15,6mm dengan berat 139 gram. Dengan dimensi dan berat seperti ini mungkin akan tidak terasa nyaman bagi orang yang kurus atau pergelangan tangannya kecil.

Saturday, August 8, 2009

ROLEX Submariner 16610 Ca.2008

Salah satu 'my dream watch' adalah Rolex Submariner Date. Entah kenapa, setiap kali ada orang yang pakai Rolex ini saya selalu ingin lihat terus karena memang klasik sekali desainnya sekaligus gagah. Karena harganya yang tinggi (terutama yang vintage) akhirnya keinginan itu baru bisa terlaksana beberapa hari lalu.

Sebelumnya saya memang sudah memiliki sebuah Rolex Submariner No date (14060M) produksi tahun 2003 dan saya juga suka sekali dengan jam itu. Tapi, tetap tujuan utama saya adalah memiliki sebuah Rolex Submariner Date. Saya tahu salah seorang sobat saya memiliki jam ini saat mengunjunginya beberapa bulan lalu. Rolex Submariner yang dia miliki keluaran tahun 2008 dan tidak pernah dipakai sejak beli! dan hanya ditaruh saja dalam box-nya. "Seneng aja liatnya!", begitu jawabnya saat saya tanya kenapa beli tapi tidak dipakai.

Suatu kali saya memberanikan diri untuk kemungkinan saya meminang jam itu untuk saya miliki dan jawabannya sungguh menyenangkan. "Boleh saja pak. Bilang saja kapan bapak mau dan nanti jamnya saya bawa..". Wah, sip tenan! sekarang tinggal bagaimana untuk mengumpulkan 'amunisi' agar secepatnya bisa membawa jam ini pulang. Dengan terpaksa saya merelakan Rolex Submariner No date saya jual agar bisa untuk menambah dana pembelian jam impian saya ini. Kemudian karena ternyata masih kurang (karena saya mengambil jam Rolex lain juga..), dengan beat hati beberapa koleksi kesayangan berpindah pemilik.

Akhirnya, minggu lalu jam ini berhasil saya bawa pulang! kondisi jam seperti baru bahkan segala segel plastik dan barcode masih menempel pada jam ini. Walapun sayang, tapi karena jam ini mau saya pakai ya terpaksa segala segel itu saya buka..dan whollaa! bagus bangett!...

Karena Rolex ini merupakan produksi terbaru, maka ada perbedaan pada inner ring-nya. Pada iner ring terdapat rulisan ROLEX yang melingkar. Tanda ini tidak terdapat pada Rolex sebelumnya. casing jam terbuat dari baja 904L yang sangat tahan terhadap korosi. Jenis baja ini banyak digunakan pada industri kimia yang memiliki standar tinggi terhadap pengaruh zat kimia termasuk juga korosi. Dengan diameter 40mm, jam ini terasa sangat idel besarnya bagi sebuah jam sport. Tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Pas!

Pada caseback masih terdapat segel sticker plastik dari Rolex. Untuk jam-jam keluaran baru, olex tidak lagi menggunakan segel hologram berwarna hijau yang ditempel pada caseback dan diganti dengan segel plastik transparan. Pada claps masih juga menempel segel plastik berwarna merah. Gambar dibawah adalah perbandingan antara 2 buah jam Submariner non date dan date. Kedua jam tersebut keluaran tahun yang saa yaitu 2008. Sama gagah-nya!

Target berikutnya...hmmm..mungkin Rolex Explorer dial putih! nabung lagiii...

Friday, August 7, 2009

ROLEX 1675 GMT Master Ca.1979

Sudah lama sebenarnya saya punya keinginan untuk setidaknya memiliki satu saja Rolex sport vintage. Tapi karena harga saat itu untuk sebuah Rolex sport vintage jauh dari jangkauan kantong, maka keinginan selalu tertunda. Di saat yang tidak disangka salah seorang teman baik saya yang memiliki sebuah kios jam memberikan saya jam ini: Rolex GMT 1675 produksi tahun 1979. Saat saya lihat saya kira itu adalah GMT keluaran tahun 80-an karena kondisinya masih sangat bagus.

Teman saya bilang bahwa Rolex ini kondisinya memang masih sangat bagus dengan kondisi rantai masih utuh belum terpotong. Kondisi dial dengan finishing matte black dengan indeks dot berwarna putih, masih sangat bagus begitu juga dengan jarum jam, menit dan detik. Rolex ini sering disebut sebagai Rolex Pepsi karena warna bezel yang terdiri dari 2 warna yaitu merah dan biru. Warna biru untuk menunjukkan waktu malam dan dini hari, sedangkan warna merah menunjukkan waktu pagi, siang dan sore hari.

Kondisi bezel masih sangat baik dan warnanya belumlah pudar, kemungkinan bezel ini sudah diganti pada saat jam ini di service di RSC (Rolex Service Centre). Casing terutama bagian dalam dan caseback belum ada tanda-tanda keropos seperti yang biasa dialami oleh jam-jam vintage. Ini juga salah satu bukti kalau si pemilik awal merawat dengan baik jam ini.

Tipe Rolex GMT master terutama yang vintage banyak diburu oleh penggemar jam antik sebagai salah satu jenis jam yang kolektibel. Bahkan GMT master generasi sebelumnya dengan bentuk crown guard meruncing (pointed crown guard) harga-nya bisa jauh melampaui harga GMT master keluaran baru. Karena itu salah seorang rekan saya bilang sebaiknya kalau mau menyimpan Rolex sport vintage yang value-nya akan baik di masa depan, salah satunya adalah menyimpan Rolex jenis ini (1675). Kecenderungan harga-harga Rolex GMT vintage di pasar lar negeri sudah mulai menaik lagi setelah sempat turun karena efek dari krisis global.

Jam ini memang menjadi salah satu Cult Desain pada dunia horology karena itu desainnya bisa menjadi klasik dan tidak hilang ditelan jaman. Herannya, tipe GMT master vintage yang lebih disenangi apabila kondisinya sudah terlihat menua dengan perubahan warna pada bezel dan dial. Kaca mika pada jam ini juga membuat aura jam menjadi lebi klasik dan 'hangat'.




Wednesday, August 5, 2009

Why IIII instead of IV?

Sebuah pertanyaan yang menarik dan memang patut ditanyakan karena dirasakan tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku umum. Penggunaan bentuk IIII banyak diadopsi (bahkan mungkin semua) produsen jam dunia. Kenapa IIII? bukankah angka 4 biasanya ditunjukkan dengan bentuk IV?
Sebuah cerita mengisahkan seorang Clockmaker membuat jam khusus untuk seorang Raja Perancis saat itu yaitu Louis XIV. Saat ditunjukkan jam buatannya tersebut, sang Raja menolak dan meminta agar angka 4 dibuat dalam bentuk IIII dan bukannya IV seperti yang dibuat oleh Clockmaker itu. Walaupun sudah dijelaskan kebenarannya, sang raja tetap bersikeras agar bentuk diganti dengan IIII. Akhirnya Clockmaker menyetujui dan sejak saat itu hampir semua jam menerapkan bentuk IIII daripada IV untuk penunjuk jam 4.

Itu mungkin hanyalah sekedar cerita, namun memang kenyataannya sampai saat ini hampir semua jam di dunia menggunakan bentuk IIII sebagai penunjuk angka 4. Penjelasan lebih logis adalah berdasarkan dari sisi estetika. Sebuah jam dengan penunjuk angka Romawi akan terdiri dari bentuk I, V dan X yang tersebar. Apabila angka 4 dibuat dengan bentuk IV, akan terjadi 'ketidak-seimbangan' dari sisi estetika antara bagian kiri dial dan kanan dial. Bentuk VIII pada sisi kiri berhadapan dengan bentuk IV pada sisi kanan. Bentuk VIII dirasakan 'lebih berat' daripada bentuk IV, dan agar terjadi keseimbangan maka bentuk IV diganti dengan IIII.
Alasan lain penggunaan IIII dipilih daripada bentuk IV adalah dari sisi pemaknaan. Dalam Bahasa latin penggunaan bentuk IV tidak digunakan karena simbol IV merujuk pada salah satu Dewa orang Romawi yaitu Jupiter yang sering disingkat sebagai JU. Huruf J pada Bahasa Latin ditunjukkan dengan bentuk I sedangkan huruf U ditunjukkan dengan bentuk V, karena itu IV sama dengan makna JU yang berarti Jupiter. Karena itu sangat dihindari penulisan IV di tempat-tempat umum yang dianggap 'tidak terhormat'.
Apapun alasannya, kalau dilihat memang terasa lebih 'pas' menggunakan bentuk IIII daripada IV. Atau karena saya selalu lihat pakem seperti ini ya makanya saya bilang lebih 'pas'?